WADAH PENCERDASAN UMMAH
WADAH PENCERDASAN UMMAH

Akibat dari dusta dan pemandangan masuknya orang kafir ke dalam neraka

Ayat 37 hingga 39 beserta terjemahannya.

فَمَنۡ أَظۡلَمُ مِمَّنِ ٱفۡتَرَىٰ عَلَى ٱللَّهِ كَذِبًا أَوۡ كَذَّبَ بِ‍َٔايَٰتِهِۦٓۚ أُوْلَٰٓئِكَ يَنَالُهُمۡ نَصِيبُهُم مِّنَ ٱلۡكِتَٰبِۖ حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءَتۡهُمۡ رُسُلُنَا يَتَوَفَّوۡنَهُمۡ قَالُوٓاْ أَيۡنَ مَا كُنتُمۡ تَدۡعُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِۖ قَالُواْ ضَلُّواْ عَنَّا وَشَهِدُواْ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمۡ أَنَّهُمۡ كَانُواْ كَٰفِرِينَ

Maka tidak ada yang lebih zalim daripada orang yang berdusta terhadap Allah atau yang mendustakan ayat-ayatNya. Orang-orang itu akan mendapat bahagian mereka (di dunia) dari apa yang telah tersurat (bagi mereka), hingga apabila datang kepada mereka utusan-utusan Kami (malaikat) yang mengambil nyawa mereka, bertanyalah malaikat itu (kepada mereka): “Manakah (makhluk-makhluk dan benda-benda) yang kamu sembah selain Allah?” Mereka menjawab: “Semuanya itu telah hilang lenyap daripada kami”, dan mereka pula menjadi saksi terhadap diri mereka sendiri, bahawa mereka adalah orang-orang yang ingkar. (Al-A’raaf (7) : 37).

لَ ٱدۡخُلُواْ فِيٓ أُمَمٖ قَدۡ خَلَتۡ مِن قَبۡلِكُم مِّنَ ٱلۡجِنِّ وَٱلۡإِنسِ فِي ٱلنَّارِۖ كُلَّمَا دَخَلَتۡ أُمَّةٞ لَّعَنَتۡ أُخۡتَهَاۖ حَتَّىٰٓ إِذَا ٱدَّارَكُواْ فِيهَا جَمِيعٗا قَالَتۡ أُخۡرَىٰهُمۡ لِأُولَىٰهُمۡ رَبَّنَا هَٰٓؤُلَآءِ أَضَلُّونَا فَ‍َٔاتِهِمۡ عَذَابٗا ضِعۡفٗا مِّنَ ٱلنَّارِۖ قَالَ لِكُلّٖ ضِعۡفٞ وَلَٰكِن لَّا تَعۡلَمُونَ

Allah berfirman: “Masuklah kamu ke dalam neraka bersama-sama umat-umat yang terdahulu daripada kamu, dari jin dan manusia. Tiap-tiap satu umat yang masuk, mengutuk akan saudaranya (golongannya sendiri); hingga apabila mereka semua berhimpun di dalamnya, berkatalah golongan yang akhir mengenai golongan yang pertama di antara mereka: “Wahai Tuhan kami, mereka inilah yang telah menyesatkan kami; oleh itu berilah kepada mereka azab seksa yang berlipat ganda dari (azab) neraka”. Allah berfirman: “Kamu masing-masing disediakan (azab seksa) yang berlipat ganda tetapi kamu tidak mengetahui“. (Al-A’raaf (7) : 38).

وَقَالَتۡ أُولَىٰهُمۡ لِأُخۡرَىٰهُمۡ فَمَا كَانَ لَكُمۡ عَلَيۡنَا مِن فَضۡلٖ فَذُوقُواْ ٱلۡعَذَابَ بِمَا كُنتُمۡ تَكۡسِبُونَ

Dan berkatalah golongan pertama (ketua-ketua), di antara mereka, kepada golongan yang akhir (pengikut-pengikutnya): “(Jika demikianlah hukuman Tuhan), maka tidak ada bagi kamu sebarang kelebihan atas kami”. (Allah berfirman): “Oleh itu rasalah kamu azab seksa disebabkan apa yang kamu telah usahakan“. (Al-A’raaf (7) : 39).

Nota: 

Terjemahan di atas diambil daripada, https://www.surah.my/.

Tafsiran yang disampaikan oleh Dr. Abdul Halim El-Muhammady pada 6 Januari 2023 (Jumaat).

Mukkadimah.

Pada pagi 6-1-2023 (Jumaat), Ustaz mentadabbur ayat 37 hingga 39 dari Surah Al-A’raaf yang bertajuk, “Akibat dari dusta dan pemandangan masuknya orang-orang kafir ke dalam neraka.”

Setelah Allah menyebutkan akibat orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah, sombong untuk menerimanya, Allah menyebutkan orang yang paling zalim dan paling melampaui batas adalah orang yang membuat-buat perkataan terhadap Allah dan apa yang tidak difirmankan atau mendustakan apa yang difirmankan. Yang pertama seperti orang menetapkan adanya sekutu bagi Allah berupa berhala, bintang-bintang, anak perempuan dan anak laki-laki, atau menisbahkan hukum-hukum yang batil kepada Allah SWT, Yang kedua seperti orang yang mengingkari bahwa Al-Qur’an turun dari sisi Allah kepada Rasul-Nya atau mengingkari kenabian Muhammad saw..

Cerakinan Ayat.

Secara Qiraa’aat, (رُسُلُنَا) dibaca (رُسْلُنَا) oleh Abu Amr.

Kalimat (هَٰٓؤُلَآءِ أَضَلُّونَا) dibaca dengan mengganti huruf hamzah kedua menjadi ya’ murni. Ini bacaan Nafi’, lbnu Katsir; dan Abu Amr.

Secara I’raab, pada kalimat (حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءَتۡهُمۡ رُسُلُنَا), kata (حَتَّىٰٓ) adalah ibtida’iyyah, setelahnya adalah permulaan kalimat yakni jumlah syarthiyyah

(يَتَوَفَّوۡنَهُمۡ) adalah haal dari kata (الرُّسُل).

(اُدۡخُلُواْ فِيٓ أُمَمٖ) ada dalam posisi haal, yakni (كَائِنِيْنَ فِيٓ جُمْلَةِ أُمَمٍ).

Pada kalimat (حَتَّىٰٓ إِذَا ٱدَّارَكُواْ فِيهَا جَمِيعٗا), kata (ٱدَّارَكُواْ) aslinya (تَدَارَكُواْ) mengikut wazan (تَفَاعَلُوا). Kemudian, ta’ di sini diganti menjadi daal. Daal tersebut di-idgham-kan kepada daal kedua dan daal pertama disukun. Kerana huruf pertama dibaca sukun adalah muhal, alif washal dimasukkan supaya kata tersebut tidak dimulai dengan huruf bersukun. Kata (جَمِيعٗا) dibaca nashab sebagai haal dari dhamir pada kata (ٱدَّارَكُواْ).

Secara Mufradaat Lughawiyyah, (فَمَنۡ أَظۡلَمُ) siapa yang lebih buruk kezalimannya daripada orang membuat-buat perkataan terhadap Allah apa yang tidak difirmankan atau barangsiapa yang lebih buruk kezalimannya daripada orang yang mendustakan apa yang difirmankan oleh-Nya. Ertinya tidak ada seorang pun yang lebih zalim daripada orang yang mereka-reka kedustaan terhadap Allah dengan menisbahkan adanya sekutu dan anak kepada-Nya.

(أَوۡ كَذَّبَ بِ‍َٔايَٰتِهِ) mendustakan Al-Qur’an. Pada kalimat (يَنَالُهُمۡ نَصِيبُهُم), kata (نَصِيبُهُم) bagian mereka.

(مِّنَ ٱلۡكِتَٰبِۖ) rezeki, ajal, dan sebagainya yang telah ditulis untuk mereka di Lauh Mahfudz.

(حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءَتۡهُمۡ رُسُلُنَا) kata (رُسُلُنَا) malaikat maut. () tidak untuk makna ghayah (sampai akhir). Kata tersebut mempunyai makna permulaan berita tentang mereka. Permulaan susunan kalimat. (قَالُوٓاْ) para malaikat berkata kepada mereka.untuk menggertak. (تَدۡعُونَ) menyembah. (ضَلُّواْ عَنَّا) lenyap dari kami sehingga kami tidak bisa melihat mereka. (وَشَهِدُواْ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمۡ) dan mereka mengakui terhadap diri mereka ketika mati. (ٱدۡخُلُواْ فِيٓ أُمَمٖ) masuklah kalian dalam bagian umat-umat sebelumnya. (فِي ٱلنَّارِۖ) muta’alliq dengan kata (ٱدۡخُلُواْ).

(كُلَّمَا دَخَلَتۡ أُمَّةٞ) setiap suatu umat masuk ke dalam neraka. (لَّعَنَتۡ أُخۡتَهَاۖ) dia mengutuk kawannya sebelum mereka karena kesesatan mereka. (ٱدَّارَكُواْ) saling bertemu dan berkumpul di neraka. (أُخۡرَىٰهُمۡ) orang-orang yang datang kemudian maksudnya dalam posisi. Mereka adalah para pengikut. (لِأُولَىٰهُمۡ) dalam posisi para pemimpin. Mereka adalah yang diikuti. Makna (لِأُولَىٰهُمۡ) adalah karena pemimpin mereka sebab khitab mereka adalah dengan Allah bukan dengan mereka. (عَذَابٗا ضِعۡفٗا) dilipatgandakan dari yang sepadan, berlipat sekali, atau berkali-kali. (لِكُلّٖ ضِعۡفٞ) masing-masing dari kalian dan mereka mendapatkan siksa yang dilipatgandakan. Sebab masing-masing, baik pemimpin maupun pengikut, semuanya adalah orang-orang yang sesat dan menyesatkan. (وَلَٰكِن لَّا تَعۡلَمُونَ) tetapi kamu tidak mengetahui apa yang ada untuk setiap kelompok.

(فَمَا كَانَ لَكُمۡ عَلَيۡنَا مِن فَضۡلٖ) para ulama meng-athaf-kan kalimat ini pada firman Allah kepada orang-orang hina dina, yaitu firman-Nya (لِكُلّٖ ضِعۡفٞ). Ertinya, telah terbukti bahwa tidak ada kelebihan bagi kalian daripada kami karena kalian kufur disebabkan kami. Kami dan kalian sama saja dalam hal berhak mendapatkan kelipatan siksa.

Tafsir dan Penjelasan.

Tidak ada yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat kedustaan terhadap Allah dengan mewajibkan apa yang tidak diwajibkan, mengharamkan apa yang tidak diharamkan, menisbahkan kepada agama Allah yang tidak diturunkan oleh-Nya, menisbahkan kepada Allah anak atau sekutu, mendustakan ayat-ayat Allah yang diuturunkan dengan cara mengingkari Al-Qur’an seperti orang-orang kafir Arab, tidak mengimani Nabi Muhammad saw., dan menghina ayat-ayat atau membiarkannya diungguli oleh yang lain. Mereka semua akan terkena apa yang telah ditulis kepada mereka dalam kitab taqdir yang di dalamnya dicatat sistem dunia seluruhnya, ditakdirkan untuk mereka rezeki dan umur, dan telah ditulis untuk orang yang mendustakan Allah bahwa wajahnya hitam. Artinya bagi mereka apa yang telah dijanjikan apakah itu baik atau jelek betapa pun kezaliman mereka dan pereka-rekaan mereka terhadap Allah.

Sampai datang kepada mereka para rasul, yakni malaikat maut, yang mematikan mereka dan mencabut nyawa mereka. Para malaikat berkata kepada mereka dengan pertanyaan penghinaan, “Mana sekutu-sekutu selain Allah yang kalian panjatkan doa dan kalian sembah di dunia? Panggillah mereka supaya mereka bisa membebaskan kalian dari keadaan sekarang ini!” Orang-orang kafir menjawab, “Mereka lenyap dari kami. Mereka pergi. Kami tidak tahu tempat mereka. Kami tidak lagi mengharap dari mereka manfaat dan kebaikan tidak pula bisa menolak bahaya.” Mereka mengakui terhadap diri mereka bahwa mereka mengingkari doa dan ibadah kepada sekutu-sekutu itu. Intinya adalah menghardik orang-orang kafir mengenai kekufuran yang mereka lakukan dan mendorong mereka untuk memerhatikan dan merenungkan akibat-akibat urusan mereka yang didasarkan pada kekufuran dan kesesatan.

Semakna dengan ayat ini adalah firman Allah SWT,

Katakanlah, ‘Sesungguhnya orqng-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tidak akan beruntung.’ (Bagi mereka) kesenangan (sesaat) ketika di dunia, selanjutnya kepada Kamilah mereka kembali, kemudian Kami rasakan kepada mereka adzab yang berat karena kekafiran mereka.” (Yuunus: 69-70).

Dan barangsiapa kafir maka kekafirannya itu janganlah menyedihkanmu (Muhammad). Hanya kepada Kami tempat kembali mereka, lalu Kami beritakan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya, Allah Maha Mengetahui segala isi hati. Kami biarkan mereka bersenang-senang sebentar, kemudian Kami paksa mereka (masuk) ke dalam adzab yang keras.” (Luqmaan: 23-24).

Kemudian, Allah mengabarkan apa yang diucapkan oleh para malaikat kepada orang-orang musyrik yang mengada-ada terhadap Allah dan mendustakan ayat-ayat-Nya, “Masuklah kalian ke dalam neraka bersama dengan para umat semisal kalian dan sesuai sifat kalian yang telah lebih dahulu dari kalian, baik dari jin maupun manusia.” Orang yang mengatakan hal itu bisa malaikat penjaga neraka atau Allah SWT sendiri. Ertinya, Allah SWT berfirman, “Masuklah kalian.” Ketika sekelompok dari mereka masuk ke neraka dan melihat siksa, dipermalukan dan diadzab, mereka mengutuk kawan mereka dalam satu kepercayaan dan agama yang sesat karena mengikuti mereka. Sebabnya, mereka menjadi sesat karena mengikuti dan meniru-niru kekufuran mereka, sebagaimana firman Allah SWT,

Kemudian pada hari Kiamat sebagian kamu akan saling mengingkari dan saling mengutuk; dan tempat kembalimu ialah neraka, dan sama sekali tidak ada penolong bagimu.” (al-‘Ankabuut: 25).

Demikianlah kelompok-kelompok kafir saling melaknat. Masing-masing mengaku bebas dari sebagian yang lain, sebagaimana firman Allah SWT,

(Iaitu) ketika orang-orang yang diikuti berlepas tangan dari orang-orang yoag mengikuti, dan mereka melihat adzab, dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus. Dan orang-orang yang mengikuti berkata, ‘Sekiranya kami mendapat kesempatan (kembali ke dunia), tentu kami akan berlepas tangan dari mereka, sebagaimana mereka berlepas tangan dari kami.’ Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka perbuatan mereka yang menjadi penyesalan mereka. Dan mereka tidak akan keluar dari api neraka.” (al-Baqarah: 166-167).

Sampai ketika mereka saling menyusul, saling bertemu, dan semuanya berkumpul di dalam neraka, orang-orang yang paling akhir masuk atau kedudukannya paling rendah, yakni para pengikut dan orang-orang kafir yang hina dina, berkata kepada para pendahulu mereka, dalam posisi atau lebih dulu masuk ke neraka, yakni orang-orang yang diikuti, pemimpin, dan penguasa. Sebabnya, mereka paling kuat kejahatan mereka daripada para pengikut. Jadi, mereka masuk sebelum para pengikut. Para pengikut mengemukakan perkataan yang mengandung keluhan (pengaduan) kepada Allah pada hari Kiamat mengenai orang-orang yang diikuti bahwa merekalah yang menyesatkan mereka dari jalan yang lurus.

Az-Zamakhsyari berkata, “Makna kata (لِأُولَىٰهُمۡ) adalah demi (tentang) orang-orang yang masuk neraka dulu,” sebab percakapan mereka adalah dengan Allah, tidak dengan orang-orang itu. Ertinya, mereka berkata, tentang mereka, hak mereka dan karena penyesatan mereka. Keluhan (pengaduan) itu adalah mereka mengatakan sembari berbicara kepada Allah, “Ya Tuhan kami, para pemimpin itu telah menyesatkan kami dari kebenaran, berilah mereka siksa yang dilipatgandakan dari neraka.” Ertinya, lipatgandakanlah mereka dalam siksaan. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT,

Pada hari (ketika) wajoh mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata, ‘Wahai, kiranya dahulu kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul.’ Dan mereka berkata, ‘Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati para pemimpin dan para pembesar kami, lalu mereka menyesakan kami dari jalan (yang benar). Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka adzab dua kali lipat dan laknatlah mereka dengan laknat yang besar.”‘ (al-Ahzaab: 66-68).

Allah menjawab, “Masing-masing dari kalian dan mereka mendapatkan siksa yang dilipatgandakan dan Kami sudah melakukan itu. Kami telah membalas masing-masing sesuai dengan amal. Adakalanya karena penyesatan, ikut-ikutan, atau kesesatan mereka sendiri. Masing-masing dari pemimpin dan pengikut adalah sesat menyesatkan. Namun, kalian tidak mengetahui siksa mereka.” Kata (الضِّعْفُ) sesuatu yang ditambahi dengan yang sepadan dengannya, sekali atau berkali-kali. Ini seperti firman Allah SWT,

Orang yang kafir dan menghalangi (manusia) dari jalan Allah, Kami tambahkan kepada mereka siksaan demi siksaan disebabkan mereka selalu berbuat kerusakan.” (an-Nahl: 88).

Dan Sesungguhnya mereka akan memikul beban (dosa) mereka, dan beban- beban (dosa yang lain) di samping beban-beban mereka sendiri,” (al-‘Ankabuut: 13).

Dan mereka benar-benar akan memikul dosa-dosa mereka sendiri, dan dosa-dosa yang lain bersama dosa mereka, dan pada hari Kiamat mereka pasti akan ditanya tentang kebohongan yang selalu mereka ada-adakan.” (an-Nahl:25).

Firman Allah SWT, (وَقَالَتۡ أُولَىٰهُمۡ لِأُخۡرَىٰهُمۡ) orang-orang yang diikuti berkata kepada orang-orang yang mengikuti, “Jika kami telah menyesatkan kalian, kalian tidak mempunyai kelebihan daripada kami. Kalian telah sesat sebagaimana kami. Kami dan kalian sama-sama berhak mendapatkan kelipatan siksa.” Ertinya, kalian kufur dan telah melakukan seperti yang kami lakukan. Kalian tidak berhak mendapatkan keringanan siksa. Jadi, rasakanlah siksa karena apa yang telah kalian perbuat. Ertinya, terimalah siksa Allah karena kekufuran dan kesesatan yang kalian lakukan. Ini adalah ucapan para pemimpin atau firman Allah kepada mereka semua, seperti firman-Nya,

Dan sebagian mereka menghadap kepada sebagian yang lain saling berbantah-bantahan. Sesungguhnya, (pengikut-pengikut) mereka berkata, (kepada pemimpin-pemimpin mereka), ‘Kamulahyang dahulu datang kepada kami dari kanan.’ (Pemimpin-pemimpin) mereka menjawab, ‘(Tidak), bahkan kamulah yang tidak (mau) menjadi orang Mukmin, sedangkan kami tidak berkuasa terhadapmu, bahkan kamu menjadi kaum yang melampaui batas. Maka pantas putusan (adzab) Tuhan menimpa kita; pasti kita akan merasakan (adzab itu). Maka kami telah menyesatkan kamu, sesungguhnya kami sendiri, orang-orang yang sesat.’ Maka sesungguhnya mereka pada hari itu bersama-sama merasakan adzab.” (ash-Shaaffaat: 27-33).

Firman Allah SWT, (فَذُوقُواْ ٱلۡعَذَابَ بِمَا كُنتُمۡ تَكۡسِبُونَ) maksudnya adalah penakut-nakutan dan peringatan keras sebab Allah SWT ketika mengabarkan tentang para pemimpin dan para pengikut bahwa sebagian dari mereka mengaku bebas dari sebagian yang lain, sebagian melaknat sebagian yang lain, itu semua menjadi sebab terjadinya ketakutan yang besar di hati.

Fiqih Kehidupan atau Hukum-Hukum.

Kezaliman mana yang lebih buruk daripada pengada-adaan kedustaan terhadap Allah dengan menghalalkan dan mengharamkan tanpa hukum Allah, mendustakan ayat-ayat Allah, baik ucapan, penghinaan, maupun kesombongan, untuk mengikutinya? Meskipun demikian, orang-orang yang mendustakan itu memperoleh rezeki, umur, dan amal perbuatan yang telah ditentukan untuk mereka juga kebaikan dan kejelekan yang dijanjikan kepada mereka.

Makna “apa yang telah ditentukan” itu pilihan ath-Thabari, yakni yang diriwayatkan dari Ibnu Zaid, Ibnu Abbas, dan Ibnu Jubair, “Kebaikan, kejelekan, rezeki, amal dan ajal yang telah ditentukan untuk mereka (orang-orang kafir).” Yang telah ditentukan Allah adalah bahwa para pemimpin dan pengikut sama dalam kekufuran. Mereka masuk neraka dan siksa mereka dilipatkgandakan. Adakalanya karena penyesatan, yakni perbuatan para pemimpin atau ikut-ikutan, pengabaian akal, yakni perbuatan para pengikut. Penyiksaan bukanlah menuntut balas dan dendam. Akan tetapi, karena melakukan kejahatan dan berkeyakinan kufur.

Huraian Umum.

Al-Qur’an juga bersifat futuristic, Allah SWT menggambarkan keadaan orang-orang yang sesat dan yang menyesatkan mereka di akhirat.

Masing-masing saling menyalahkan antara mereka kerana mengakibatkan kesesatan mereka. Para penyesat akan mendapat siksaan yang berganda kerana usaha mereka menyesatkan orang lain.

Para penyesat akan menanggung dosa sendiri dan dosa mereka yang disesatkan. Berganda-gandalah siksaan terhadap para penyesat.

Gambaran ini dinukilkan oleh Allah bagi menakutkan para pendusta agama, para penyesat, dan juga para pencipta kebohongan terhadap ayat-ayat Allah.

Kadang-kadang kita lihat para penjahat, dan pemfitnah Allah SWT panjangkan umur mereka bagi memberi ruang mereka bertaubat. Namun, jika mereka tidak bertaubat dan memohon maaf Allah SWT akan memberikan siksaan yang sangat pedih.

Perbincangan dan Q&A Selepas Kuliah.

Hj. Yusof Azuddin Ali (Tafsir Al-Azhar): pada ayat 35 dan 36, Allah telah mengangkat manusia sebagai khalifah. Kemudian, pada ayat seterusnya Allah bertanya, “Siapakah yang paling zalim?”.

Mereka ialah para pendusta ayat-ayat Allah dan menyalah tafsirkan ayat-ayat Allah mengikut hawa nafsu mereka. Mereka mengada-adakan hal yang tidak Allah firmankan. 

Para penzalim tersebut akan dinilai oleh Allah pada hari akhirat. Mereka akan disiksa kerana kezaliman yang mereka lakukan. Mereka bukan saja sesat tetapi menyesatkan juga orang lain.

Allah SWT bertanya kepada para penzalim ini di manakah orang-orang atau benda-benda yang mereka sembah. Mereka mengaku bahwa apa yang mereka sembah itu sudah lenyap. Berhala-berhala itu tidak datang menolong mereka. Juga, jin dan manusia yang mereka utamakan ketika di dunia tidak juga datang menolong mereka.

Masing-masing mereka ingin berlepas tangan terhadap kejahatan yang mereka lakukan. Mereka tidak bertanggungjawab terhadap apa yang mereka lakukan.

Para penzalim akan mendahului kelompok sesat memasuki neraka. Para pengikut mereka yang masuk kemudian menyalahkan para penzalim kerana kesesatan mereka.

Hj. Kamin: ayat 38 dijadikan hujjah oleh politikus. Apa pendapat Ustaz?

Ustaz: ayat itu memandu kita untuk memilih pemimpin dan pemilihan ini berdasarkan kepada ilmu. Kita perlu pilih pemimpin yang baik. Siapa pemimpin yang baik? Mereka ialah yang lebih dekat amalan mereka dengan al-Qur’an dan Hadits Soheh.

Kriteria lain ialah pemimpin itu berilmu dan mempunyai ketinggian pribadi. Terdapat orang-orang agama yang tidak mengamalkan apa yang mereka baca dari al-Qur’an dan hadits. Neraca pemilihan mereka agak terkeliru kerana kefahaman lemah terhadap ilmu.

Kini parti politik diletakkan sama dengan Islam. Ini sangat keliru. Parti Politik Islam didasarkan kepada dasar secular (demokrasi), ini tidak sama dengan kesyumulan Islam yang sepatutnya diletak paling tinggi.

Apakah dengan system demokrasi boleh menegakkan agama? Sistem demokrasi ialah ciptaan manusia dan tentu tidak sama dengan hukum Islam. Paling penting ialah mempunyai ilmu agama yang mantap.

Apakah Parti Politik dijadikan rukun iman yang ke-7? Para pemimpin mereka berleluasa mengeluarkan fatwa mengharamkan apa yang tidak disebut dalam al-Qur’an dan hadits soheh. Contohnya mengundi parti selain Islam ialah masuk neraka. Siapakah mereka yang bertindak sebagai wakil Allah?

Kualiti pribadi pemimpin sangat penting dalam memimpin sebuah negara. Manakah pemimpin yang mengamalkan Islam dalam diri, keluarga dan masyarakat? Sudah terbukti PM10 mengamalkan semua itu. Namun kenapa beliau terus dipertikaikan oleh sebuah parti yang dikatakan Islamik?

Hj. Puad: apakah usaha Wadah dalam politik matang seperti yang disebut dalam sebuah buku parti Islam?

Ustaz: ABIM dan Wadah bergerak dari sumber ilmu bukan sangkaan-sangkaan. Kita menggali ilmu yang betul (matang) dan kita bergerak cergas dalam Pendidikan, ekonomi, masyarakat dan pemikiran politik. PM10 pun membawa empat perkara (Pendidikan, ekonomi, sosial dan politik) dalam perjuangan beliau. Ini tidak ada dalam badan politik yang dikatakan berdasarkan Islam.

Pendekatan kita ialah berdakwah (mengajak) bukan menghukum (dua’ tidak qudha – dua’ la qudha’). Ada parti politik Islam yang suka sangat mengeluarkan hukum ini dan itu tanpa memberikan dasar yang jelas tentang hukuman yang mereka keluarkan. Dikhuatirkan pengeluaran fatwa-fatwa itu hanya berdasarkan nafsu untuk berkuasa sahaja. Wallahu a’lam.

Kesimpulan

Beberapa kesimpulan yang dapat kita ambil daripada kuliah ini ialah:

  1. Tiada yang lebih zalim daripada orang yang mendustakan ayat-ayat Allah dan mengadakan sesuatu hal atas nama Allah yang tidak terdapat dalam al-Qur’an.
  2. Juga zalim bagi manusia yang mengharamkan apa yang Allah halalkan dan menghalalkan apa yang Allah haramkan. Mereka melakukan ini berpandukan kepada nafsu semata-mata.
  3. Mereka bukan sahaja mengingkari ayat-ayat Allah, tetapi juga menghalang manusia lain untuk mendapat akses kepada ayat-ayat Allah. Mereka memutarbelitkan penafsiran ayat mengikut kehendak mereka.
  4. Ketika datang malaikat maut mengambil nyawa mereka, malaikat bertanya mana-mana berhala-berhala atau benda-benda yang kamu sekutukan dengan Allah? Tidak lain yang dapat mereka lakukan melainkan merasa menyesal atas Tindakan mereke sebelum ini. Sebuah penyesalan yang sudah tidak berguna.
  5. Kemudian, malaikat mengarahkan para penentang ayat-ayat Allah itu memasuki neraka bersama-sama dengan mereka yang sama-sama sesat.
  6. Para pemimpin yang menyesatkan mereka sudah dulu berada di neraka, dan orang yang disesatkan mengadu kepada Allah bahwa merekalah yang menyesatkan kami. Namun, Allah menyiksakan mereka bersama-sama atas kesesatan mereka dan mengikuti para penyesat secara membutatuli.
  7. Para penyesat dan mereka yang disesatkan bertengkar dalam neraka. Masing-masing menyalahkan masing-masing kerana kesesatan yang berlaku. Allah melipatgandakan siksaan kepada kedua-dua golongan ini bersama-sama.

Semoga kita mencari fakta yang benar dan tidak menyeleweng fakta yang Allah turunkan melalui al-Quran. Aamiin!!!…

Nota: 

Nota ini tidak lengkap, pencatit hanya mampu mencatit semampunya. Pembaca mestilah membuat kajian lanjut bagi menambah fakta-fakta. Jika ada yang salah, itu adalah kelemahan saya sendiri. Segala kebenaran adalah daripada Allah semata-mata. 

Pencatat & Pengkaji: 

Dr. Ismail Abdullah, Teras Jernang, 6-1-2023 (Jumaat).

Rujukan

[1] Tafsir Al-Munir Jilid 4 – Juzuk 7 & 8 (Bahasa Indonesia), dari mukasurat 449 hingga 454.

[2] Tafsir Al-Azhar (Buya Hamka).

Akal licik Yahudi untuk menangkap ikan pada hari Sabtu dan siksaan bagi para penentang

Ayat 163 hingga 166 beserta terjemahannya. وَسۡ‍َٔلۡهُمۡ عَنِ ٱلۡقَرۡيَةِ ٱلَّتِي كَانَتۡ حَاضِرَةَ ٱلۡبَحۡرِ إِذۡ يَعۡدُونَ فِي ٱلسَّبۡتِ إِذۡ تَأۡتِيهِمۡ حِيتَانُهُمۡ يَوۡمَ سَبۡتِهِمۡ شُرَّعٗا وَيَوۡمَ لَا يَسۡبِتُونَ لَا تَأۡتِيهِمۡۚ كَذَٰلِكَ نَبۡلُوهُم [...]
Baca Lebih
Pencerdasan 2024 Hak Cipta Terpelihara