
Penulis : Dr Isbah, Teras Jernang
Ringkasan: Dalam ayat 12 hingga 15, Surah Maryam dikisahkan betapa taatnya Nabi Yahya Alayhis Salam terhadap kedua ibubapanya. Dia memelihara kedua ibubapanya yang sudah sangat lanjut usia dengan penjagaan yang sungguh sempurna dan ini boleh dijadikan contoh untuk semua manusia sepanjang zaman.
Dalam ayat 12 (Surah Maryam), Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman (يَٰيَحۡيَىٰ خُذِ ٱلۡكِتَٰبَ بِقُوَّةٖۖ وَءَاتَيۡنَٰهُ ٱلۡحُكۡمَ صَبِيّٗا) yang maksudnya, “Wahai Yahya, terimalah Kitab itu (serta amalkanlah) dengan bersungguh-sungguh! Dan Kami berikan kepadanya Hikmat kebijaksanaan semasa ia masih kanak-kanak.” (Maryam (19) : 12).
Dalam ayat 13 (Surah Maryam), Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman (وَحَنَانٗا مِّن لَّدُنَّا وَزَكَوٰةٗۖ وَكَانَ تَقِيّٗا) yang maksudnya, “dan (Kami mengurniakannya) rahmat dari sisi Kami, serta kelebihan yang kembang manfaatnya; dan ia seorang yang bertaqwa.” (Maryam (19) : 13).
Dalam ayat 14 (Surah Maryam), Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman (وَبَرَّۢا بِوَٰلِدَيۡهِ وَلَمۡ يَكُن جَبَّارًا عَصِيّٗا) yang maksudnya, “Dan ia taat serta berbuat baik kepada ibu bapanya, dan ia pula tidak sombong angkuh atau derhaka.” (Maryam (19) : 14).
Dalam ayat 15 (Surah Maryam), Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman (وَسَلَٰمٌ عَلَيۡهِ يَوۡمَ وُلِدَ وَيَوۡمَ يَمُوتُ وَيَوۡمَ يُبۡعَثُ حَيّٗا) yang maksudnya, “Dan (Kami limpahkan) kepadanya selamat sejahtera pada hari ia diperanakkan, dan pada hari ia mati, serta pada hari ia dibangkitkan hidup semula (pada hari kiamat).” (Maryam (19) : 15).
Nabi Yahya adalah sepupu Nabi Isa dari pihak ibunya. Allah memerintahkannya mengkaji Al-Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. Allah menjadikannya seorang nabi, atau memberinya hikmah dan pemahaman Taurat, atau pemahaman agama, ketika dia masih bayi.
Satu pendapat mengatakan bahwa Yahya diangkat menjadi seorang nabi ketika berusia tiga tahun. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas dalam sebuah hadits yang marfu’ (sampai kepada Rasulullah) bahwa Yahya Alayhis Salam diangkat menjadi seorang nabi pada usia tujuh tahun.
Kami (Allah) anugerahkan kepadanya rahmat dan kasih sayang kepada orang-orang dan dia suci (dari dosa). (وَكَانَ تَقِيّٗا) dan ia adalah seorang yang bertakwa, yaitu taat kepada apa yang diperintahkan, menjauhi maksiat dan semua yang dilarang sehingga dia tidak pernah melakukan dosa, juga tidak pernah berkeinginan untuk melakukannya. Dia seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya. Dia bukanlah orang yang sombong, terhadap kebenaran.
Allah menyatakan kesejahteraan atas dirinya, yakni jaminan keamanan dari Allah. Lafaz, (يَوۡمَ وُلِدَ وَيَوۡمَ يَمُوتُ وَيَوۡمَ يُبۡعَثُ حَيّٗا) artinya, dia dalam keadaan aman pada saat-saat yang menakutkan berikut; yaitu aman dari siksa neraka, kengerian hari Kiamat dan keburukan kehidupan dunia. Jadi saat dilahirkan dia dalam keadaan aman dari pengaruh syaitan, saat meninggal aman dari siksa kubur dan pada hari Kiamat aman dari siksa neraka Jahannam.
Nabi Yahya disebutkan sebanyak lima kali di dalam Al-Qur’an, yaitu di dalam surah (Aali ‘Imraan (3) : 39), (al-An’aam (6) : 85), (Maryam (19) : 7 – 12), (al-Anbiyaa’ (21) : 90).
Nabi Yahya adalah orang yang bertakwa dan saleh sejak kecil. la sangat pandai dan memahami syari’at yang dibawa Nabi Musa. Menjadi rujukan dalam hukum-hukum syari’at Nabi Musa, dan diangkat menjadi nabi ketika masih kecil, sebagaimana firman Allah, (وَءَاتَيۡنَٰهُ ٱلۡحُكۡمَ صَبِيّٗا).
Dia senantiasa menyeru manusia agar bertaubat dari dosa-dosa. Juga selalu memandikan orang-orang di Sungai Jordan agar bertaubat dari dosa-dosa mereka. Orang-orang Nasrani lalu mengambil cara yang dilakukan oleh Nabi Yahya ini, dan menamakan Nabi Yahya dengan sebutan Yohana Pembaptis.
Pada masa Nabi Yahya, terdapat seorang penguasa Palestin bernama Herodes. la mempunyai anak saudara (keponakan) perempuan, puteri saudara laki-lakinya, bernama Herodeya. Herodeya ini sangat cantik rupawan. Herodes, ingin menikahinya, dan ibunya Herodeya juga bersetuju.
Namun, Nabi Yahya tidak menyetujui pernikahan tersebut kerana hal itu diharamkan. Pada suatu ketika, Herodeya menari di hadapan bapa saudaranya, sehingga semakin membuat bapa saudaranya tergila-gila kepadanya. Herodes pun menyuruh Herodeya agar meminta apa pun yang diinginkan. Maka dengan konspirasi ibunya, Herodeya meminta kepada Herodes agar membunuh Nabi Yahya bin Zakariya. Maka, terjadilah pembunuhan Nabi Yahya.
Ketika Nabi Isa mendengar Nabi Yahya dibunuh, ia pun berdakwah secara terang-terangan. Maka ia menyampaikan nasihat dan pesan-pesannya kepada orang-orang secara terbuka.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala kemudian menyebutkan berbagai nikmat yang Dia anugerahkan kepada Yahya dan kedua orang tuanya. Allah menyebutkan sifat-sifat Yahya dalam firman-Nya:
Pertama:, (وَءَاتَيۡنَٰهُ ٱلۡحُكۡمَ صَبِيّٗا) Kami berikan kepadanya hikmah, pemahaman terhadap Kitab Taurat dan agamanya, serta keinginan untuk selalu melakukan kebaikan ketika ia masih kanak-kanak, kurang dari tujuh tahun. Satu pendapat mengatakan bahwa hikmah di sini maksudnya adalah kenabian, Kerana Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengangkat Yahya dan Isa menjadi nabi ketika keduanya masih kanak-kanak. Ar-Razi berpendapat bahwa yang lebih dekat dengan kebenaran, maksud hikmah di sini adalah kenabian kerana dua alasan iaitu (1) Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyebut sifat-sifat mulia pada Yahya. Kenabian merupakan sifat termulia pada manusia, sehingga penyebutan sifat kenabian dalam konteks pujian lebih utama daripada menyebutkan sifat-sifat lainnya, (2) hikmah membuat Yahya dapat memimpin orang lain dan melakukan hal-hal lainnya secara umum. Dan hal tersebut tidak akan terjadi kecuali dengan kenabian.
Abdullah bin Mubarak berkata, “Ma’mar berkata, ‘Anak-anak kecil berkata kepada Yahya bin Zakariya, ‘Mari kita bermain. Maka Yahya berkata, ‘Kita tidak diciptakan untuk bermain.”” Oleh kerana itu Allah menurunkan firman-Nya, (وَءَاتَيۡنَٰهُ ٱلۡحُكۡمَ صَبِيّٗا).
Kedua:(وَحَنَانٗا مِّن لَّدُنَّا) Kami mengasihinya dengan kasih sayang dari kami. Al-Hannaan adalah kasih sayang, belas kasih dan kecintaan. Ibnu Katsir berkata, “Dari susunan kalimat ayat ini tampak jelas bahwa firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala (وَحَنَانٗا) di-‘athaf-kan dengan firman Allah SWT (وَءَاتَيۡنَٰهُ ٱلۡحُكۡمَ صَبِيّٗا) artinya, dan Kami jadikan ia memiliki kasih sayang dan kesucian dari dosa. Jadi al-hannaan adalah rasa cinta dalam belas kasihan dan kecenderungan.” (Tafsir Ibnu Katsir, Vol. 3, hlm. 113).
Ketiga, Keempat dan Kelima: (وَزَكَوٰةٗۖ، وَكَانَ تَقِيّٗا، وَبَرَّۢا بِوَٰلِدَيۡهِ) dan Kami jadikan ia orang yang membawa keberkahan untuk manusia, memberi mereka petunjuk pada kebaikan dan menyucikan mereka dari kotoran, kekejian, najis, dan dosa. Ia adalah orang yang bertakwa, yakni menjauhi kemaksiatan dan taat kepada Allah. Dia juga berbakti dan taat kepada kedua orang tuanya, tidak durhaka, baik dalam ucapan maupun perbuatan, dalam perintah maupun dalam larangan. Jadi ia adalah orang yang taat kepada Allah dan kedua orang tuanya.
Keenam dan Ketujuh: (وَلَمۡ يَكُن جَبَّارًا عَصِيّٗا) ia tidak sombong terhadap orang-orang, melainkan bersikap tawadhu kepada mereka dan tidak melanggar apa yang diperintahkan oleh Allah. Abdur-razzaq meriwayatkan dari Sa’id bin al- Musayyab, ia berkata, “Rasulullah Sallallahu Alayhi Wasallam. bersabda, (مَا مِنْ أَحَدٍ يَلْقَى اللَّهَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِلَّا ذَا ذَنْبٍ إِلا يَحْيَى بْن زَكَرِياً) “Tidak seorang pun yang bertemu Allah pada Hari Kiamat kecuali mempunyai dosa, kecuali Yahya bin Zakariya.” (HR Abdurrazaq).
Setelah menyebutkan sifat-sifat Yahya yang indah di atas, Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyebutkan balasan yang akan diperolehnya kerana sifat-sifatnya di atas. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, (وَسَلَٰمٌ عَلَيۡهِ يَوۡمَ وُلِدَ وَيَوۡمَ يَمُوتُ وَيَوۡمَ يُبۡعَثُ حَيّٗا) ia mendapatkan keamanan dari Allah dalam tiga keadaan di atas. Yaitu ketika dilahirkan, sehingga syaitan tidak dapat mencapainya saat dilahirkan, berbeza dengan yang terjadi pada seluruh anak Adam. Ia juga mendapatkan keamanan ketika meninggal dunia, sehingga aman dari siksa kubur. Juga mendapatkan keamanan pada hari kebangkitan sehingga aman dari kengerian dan siksa hari kiamat.
Sufyan bin Uyainah berkata, “Seseorang dalam keadaan paling menakutkan dalam tiga waktu, yaitu hari ketika dilahirkan kerana ia melihat dirinya keluar dari tempatnya semula, (kedua) hari kematiannya kerana ia melihat satu kaum yang tidak pernah ia lihat, dan (ketiga) hari ketika ia dibangkitkan kerana ia melihat dirinya berada di Padang Mahsyar yang sangat besar. Sedangkan, Allah Subhanahu Wa Ta’ala memuliakan Yahya bin Zakariya Alayhis Salam dan membuatnya selamat dari rasa keterasingan tersebut.
Semoga kita dapat mengambil iktibar dari kisah Nabi Yahya a.s. yang sangat taat kepada kedua ibubapanya. Aamiin…
Dr Isbah, Teras Jernang, 10-02-2025 / 11-SYB-1446H (Isnin).
Rujukan
[1] Tafsir Al-Munir Jilid 8 – Juzuk 15 & 16, ayat 12 hingga 15, Surah Maryam (19).
[2] Tafsir al-Azhar, ayat 12 hingga 15, Surah Maryam (19).